Informasi, Gaya Hidup dan Pengetahuan di Seputar Kita.

17/12/2015

Di Indonesia Apakah Ada Perusahaan Milik Nasional Yang Usianya Lebih Dari 100 Tahun?

No comments :
NEWS DUNIA PAGI – Apakah ada perusahaan milik nasional yang usianya di atas seratus tahun?

Pertanyaan tersebut sangat sering diajukan oleh para kalangan akademisi kepada saya. Susah juga mencarinya. Jika di negara-negara industri hal tersebut sudah biasa.

Di Finlandia ada Perusahaan Nokia yang telah berumur 150 tahun. Namun Perusahaan Nokia hanya menekuni bisnis ponsel sekitar 21 tahun saja. Untuk selebihnya perusahaan tersebut memiliki produk dan misi usaha yang sudah jauh berubah.

Di Amerika Serikat pernah ada Perusahaan Kodak tapi kini sudah mati. Dan masih di Amerika Serikat juga ada Perusahaan WR Grace dengan bisnis utama bahan-bahan kimia. Kemudian di Jepang ada Perusahaan Mitsui. Kalau di Jerman ada Perusahaan Siemens.

Dan kini semuanya berubah begitu saja seakan mengikuti perkembangan zaman.

Di Indonesia apakah ada? Yang pasti ada. Hanya saja kebanyakan perusahaan tersebut sudah terseok-seok dimakan usia. Coba kita lihat beberapa pabrik gula warisan Belanda.

Kalau Perusahaan Pertamina baru merayakan usianya yang ke 58 tahun. Walaupun belum seabad, Namun cukup menghibur karena perusahaan tersebut sudah ada di Fortune 500 dan cukup sehat.

Tulisan ini saya publikasikan sebagai bentuk apresiasi terhadap perusahaan nasional yang baru saja merayakan usianya yang ke 120 tahun, walaupun sudah berdiri selama 120 tahun namun perusahaan tersebut tetap gesit dalam berinovasi. Dan bahkan bidang usahanya tak bergeser sedikitpun dari misi semula yaitu microfinancing.

Ilmuwan dari Amerika Serikat pernah mengatakan bahwa harusnya yang diberikan hadiah Nobel bukan Moh Yunus, melainkan mendiang Raden Aria Wirya Atmadja. Sebab itulah tonggak awal sejarah microfinance yang mengilhami Moh Yunus.

Berawal pada tanggal 16 Desember 1895, Ketika Raden Aria Wirya Atmadja dan kawan-kawannya mendirikan “De Poerkertosche Hulp - en Spaarbank der Inlandsche Hoofden” atau jika di terjemahkan dalam bahasa Indonesia adalah “Bank penolong dan tabungan bagi priyayi Poerwokerto” lalu disingkat menjadi “Bank Priyayi Poerwokerto”.

Itulah sepenggal sejarah dari cikal bakal dan misi gerakan microfinancing di Indonesia. Dari yang bertujuan untuk menolong keuangan rakyat. Sedemikian powerful menolong perekonomian rakyat di sekitar Purwokerto hingga suatu ketika “Bank Priyayi Poerwokerto” mulai ditakuti oleh Kolonial Belanda karena dianggap mampu menggerakkan kekuatan untuk melawan kolonialisme. Wajar saja kalau dalam perjalanannya perusahaan tersebut pernah diambil alih Kolonial Belanda.

Tak heran jika perusahaan tersebut yang mengantarkan masa kecil presiden Barack Obama untuk berkenalan dengan Indonesia.


Ann Dunham, Ibu Barack Obama datang ke Indonesia dengan maksud antara lain untuk meneliti tentang peranan microfinance dan bank penolong rakyat ini.

Dan sekarang bank penolong yang pernah didirikan oleh Raden Arya Wiryaatmaja tersebut dikenal sebagai PT Bank Rakyat Indonesia Tbk atau Bank BRI.

Tentunya anda dapat dengan mudah menyaksikan dari dekat karena dialah satu-satunya bank yang ada pada setiap desa di tanah air, dan bahkan mungkin juga ada di setiap pasar tradisional. Coba lihat saja kinerjanya Perusahaan Nasional ini masih sangat sehat bukan tanpa alasan.

PT Bank Rakyat Indonesia Tbk sendiri telah membukukan laba bersih sebesar Rp 24,2 triliun pada tahun 2014. Jika salah satu tolak ukur kinerjanya adalah angka penyaluran kredit, maka pada tahun 2014 PT Bank Rakyat Indonesia Tbk telah berhasil menyalurkan kredit sebesar Rp 490,41 triilun.

Di tengah laju perekonomian nasional yang kurang baik, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk masih menargetkan penyaluran kreditnya sebesar Rp503,6 triliun pada tahun 2015.

Pada dasarnya hingga kuartal ke III di tahun 2015 ini semuanya tumbuh menggembirakan.

Pengakuan tentang apresiasi kinerja juga hadir dari majalah “The Banker” yang diterbitkan oleh “The Financial Times” yang pada awal bulan Desember tahun 2015 ini dengan memberikan sebuah penghargaan Bank of The Year 2015 Indonesia.


Kunci Kesuksesan

Dalam sebuah Forum BUMN-Kompas yang diadakan minggu lalu, saya dipercaya menjadi moderator dalam sesi yang diisi oleh para jagoan inovasi dari BUMN.

Di dalam forum tersebut ada PT Pertamina dan Bank BRI. Dan saat itu Asmawi Syam selaku Dirut Bank BRI menyampaikan sebuah pertanyaannya kepada The Financial Times selaku pihak pemberi award terkait mengapa mereka memilih Bank BRI.
Dan inilah jawaban mereka :

1. Ternyata di dunia ini belum ada bank yang menggunakan satelit selain BRI melalui BRISat.

2. Pengakuan dari The Financial Times bahwa mereka belum pernah melihat ada bank yang mengapung di laut menjemput para nasabahnya. Dan hal tersebut hanya ada di bank ini yang mengembangkan konsep Teras Kapal.

3. The Financial Times sendiri belum pernah melihat ada bank yang berhasil menyalurkan kredit sebanyak 624.000 orang dalam tiga bulan. Birokrasi dipangkas, sistem dibangun, teknologi semakin canggih, dan SDM ditingkatkan sehingga bank dapat bergerak secara fleksibel.

Seketika itu juga saya tertegun mendengarkan jawaban tersebut. Dan di tahun depan Bank BRI sediannya akan meluncurkan Microfinance institute yang menjalin kerjasama dengan salah satu institusi pendidikan di Amerika Serikat.

Untuk saat ini telah dipersiapkan Innovation Center yang bertujuan untuk menampung seluruh gagasan inovasi dari para stakeholder.

Hal semacam itulah yang membuat perusahaan di usia lanjutnya tidak berubah menjadi tua dan renta seperti layaknya manusia. Dan saya kira kita semua bisa banyak belajar dari Bank BRI yang kuncinya adalah SDM.
Banyak perusahaan di Indonesia yang usianya belum mencapai 30 tahun. Namun, kinerjanya sudah seperti orang jompo.

Jalannya sudah lambat dan terseok-seok. Terkesan seperti mati segan hidup tak mau. Setiap agenda rapat manajemen yang dibahas selalu bagaimana melakukan penghematan biaya atau pemangkasan anggaran. Bukannya membahas bagaimana memperluas pasar, cara memasuki segmen-segmen yang baru, atau melahirkan berbagai produk baru yang inovatif.

Bank BRI tidak seperti itu. Semakin tua ia semakin lincah. Agar hal tersebut dapat menjadi pembelajaran bagi kita, maka saya pribadi melihat ada beberapa faktor.

1. jelas sebuah inovasi seperti yang saya contohkan di atas.

2. inovasi tersebut basisnya adalah pengembangan SDM. Walaupun nasabah Bank BRI kebanyakan adalah wong cilik, karyawan yang melayani adalah tenaga-tenaga terampil yang berpendidikan. Secara berkala mereka selalu diberikan pelatihan dan sebagian di antaranya dikirimkan ke berbagai lembaga pendidikan baik di dalam maupun di luar negeri untuk melanjutkan pendidikannya.

3. Innovation Centre. Anda pernah tahu sebuah inovasi ataupun sebuah ide bisnis tak selalu datang dari lingkungan internal. Inovasi tersebut bisa saja datang dari lingkungan eksternal, atau saya sering menyebut hal tersebut sebagai inovasi yang datang dari ekosistem bisnisnya.

Inilah sebuah langkah yang sangat tepat dilakukan oleh Bank BRI dengan sebuah Innovation Centre. Dari unit inilah yang dapat menampung masukan, saran dan ide-ide dari stakeholders Bank BRI, seperti para petani dan nelayan, serta seluruh nasabah yang lainnya.

Semisal, Dalam melayani nasabah nelayan dan sesuai dengan masukan dari mereka, Bank BRI mengembangkan sebuah bank terapung yang telah saya ceritakan tadi.

Dengan cara - cara seperti inilah menjadikan produk atau jasa yang dikeluarkan oleh Bank BRI selalu sesuai dengan kebutuhan dari para nasabahnya. Sebab, ide tersebut memang datang langsung dari mereka.

4. Teknologi. Tahukah anda bahwa Bank BRI adalah bank pertama di dunia yang memiliki satelit. Dengan satelit inilah Bank BRI dapat memiliki sebuah akses untuk melayani para nasabah yang berada di daerah terpencil. Hal tersebut tentunya akan membuat Bank BRI semakin sulit disaingi oleh bank-bank lain.

Harapan saya dari sebuah ulasan singkat tentang Bank BRI tersebut bisa menjadi sebuah inspirasi bagi seluruh perusahaan nasional yang usianya ingin menembus 100 tahun atau bahkan lebih.

Kini saatnya kita menghargai kemampuan bangsa sendiri karena sebelumnya kita sudah terlalu sering membahas perusahaan asing.

Rata-rata harapan hidup perusahaan adalah dua sampai -tiga abad menurut perkiraan Arie de Geus dalam bukunya The Living Company. Dan saya yakin, Bank BRI bakal lebih dari itu.


Artikel Tersebut ditulis oleh :

Prof. Rhenald Kasali, Ph.D Pendiri Rumah Perubahan dan Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

No comments :

Post a Comment